26 Jan 2010

HIkmah dari sebuah Mangkuk kayu



Seorang lelaki tua tinggal bersama anak laki-lakinya,menantu, dan cucu yang berusia Empat tahun. Tangan lelaki tua tiu gemetaran, matanya kabur, jalanya tertatih-tatih. Keluarga ini selalu makan bersama dimeja, namun tangan orang tua mereka yang gemetaran membuat makan menjadi pekerjaan yang sulit baginya. Sesekali makanan jatuh dari sendoknya ke lantai. Anak dan menantunya menjadi jengkel karena kotoran yang di akibatkannya.

“ ..kita harus berbuat sesuatu terhadap ayah.” Kata si anak. “ aku sudah tak sabar lagi melihat tumpahan susu, berisiknya kunyahan, makanan yang jatuh ke lantai.”

Kemudian suami istri tersebut menyediakan meja kecil di pojok ruang makan. Di meja ini ayah mereka makan seorang diri. Karena ayah juga memecahkan satu dua piring. Maka makanan dimeja kecil ini disajikan dalam mangkuk terbuat dari kayu.

Bila keluarga ini melihat sekilas kea rah lelaki tua tiu, terkadang Nampak matanya berkaca-kaca selagi ia duduk sendiri. Apabila sang kakek menjatuhkan sendok atau menumpahkan makanan, mereka menegurnya dgn keras, sang cucu yang berusia empat tahun menyaksikan kejadian itu.

Suatu petang, sebelum makan malam, sang ayah menyaksikan anaknya bermain- main, dengan potongan –potongan kayu di lantai. Sang ayah dengan manis bertanya, “..lagi bikin apa nak?” sang anak menjawab,”..oh..aku sedang membuat mangkuk kecil untuk masa tua ayah dan ibu kelak,”

Kata-kata si anak menampar kedua orang tuanya sehingga mereka tak kuasa berkata2. Air mata mulai menetes di pipi mereka. Meskipun keduanya tak berbicara, tapi mereka tahu apa yang harus segera dilakukan.

Malam itu juga , sang suami memegang dengan lembut tangan ayahnya lalu membimbingnya kemeja keluarganya. Sejak hari itu, lelaki tua itu makan lagi bersama keluarganya. Dan suami istri itu tidak pernah lagi memperdulikan sendok yang jatuh, susu yang tumpah dan taplak meja yang kotor.

Hadirnya orang tua disisi kita merupaka petanda dari Allah Ta’ala bahwa kita masih diberi kesempatan untuk berbakti dan menjadi anak yang shalih.

Janganlah sesekali engkau menyia-nyiakan kehadiran orang tuamu yang selalu sabar dalam mengasuh, mendidik, dan membesarkanmu.

Semoga Allah mencantumkan nama-nama kita sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tua, dan menganugrahkan kepada kita anak-anak yang berbakti pula. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar